Nov 292009
 

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Dzat yang melindungi kita dari musuh-Nya, Dzat yang kita memohon kepadanya apabila kita memohon, Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Muhammad, Rasulullah. Dan semoga Allah selalu melindungi pengikut beliau yang setia dari musuh-musuh mereka.
Ini adalah sedikit ilmu yang saya pahami dan saya amalkan. Sebagai jawaban dari sebuah pertanyaan. Ini adalah sebuah keputusan yang saya ambil. Selama ini, saya belajar kepada berbagai guru dengan berbagai ‘latar belakang’. Mereka semua mengajarkan hal yang sama. ‘Ketaatan kepada Dzat Yang Maha Agung’. Banyak ilmu yang saya peroleh dari mereka, tapi juga tidak sedikit kebingungan, kegelisahan, dan pertanyaan yang muncul disebabkan mereka juga. Tentu hal seperti ini tidak akan muncul kepada mereka yang menuntut ilmu dari seorang guru, atau ‘guru’. Mereka akan cenderung berfikir, ‘ilmu inilah dan jalan inilah yang benar’.
Banyak pertanyaan yang saya miliki ketika saya belajar kepada mereka….
Jika tujuan sama, kenapa tidak bisa jadi satu?
Jika tujuan sama, mengapa terkadang, atau bahkan sering saling mengolok-olok?
Jika tujuan sama, mengapa saling memusuhi?
Jika tujuan sama, mengapa tidak saling membantu?
Jika tujuan sama, mengapa tidak mau mengambil ilmu dari yang lain?
Apakah tujuan ini hanya tujuan semu?
Apakah ada tujuan lain?
Apakah hanya ingin membesarkan kelompok?
Apakah sudah merasa yang paling benar?
Bukankah kita Islam?
Mengapa saling menjauhi?
Mengatakan garis keras kepada mereka yang berjuang, dan mengatakan lembek kepada mereka yang berdiam. Kenapa saling membenci, membid’ah kan, bahkan mengkafirkan?
Itulah sebagian pertanyaan yang terus berada di benak saya selama bertahun-tahun. Selama itu pula saya berusaha mencari jawabannya. Saya perbanyak dialog empat mata dengan para anggota kelompok tertentu yang aktiv. Saya pahami pemikiran mereka yang sebenarnya. Ternyata, saya meenyimpulkan sesuatu yang cukup menenangkan hati saya. Bahwa kelompok mereka sebenarnya tidaklah saling bertentangan atau bahkan bermusuhan. Banyak kesamaan diantara kelompok-kelompok ini. Mereka bukanlah firqoh yang memecah belah agama ini. Mereka hanyalah suatu wadah pemikiran yang menampung satu metode tertentu untuk mencapai tujuan dakwah, ‘seruan kepada penegakan kalimat Allah’. Setiap kelompok memiliki metode masing-masing yang berbeda. Kalaupun ada perselisihan, maka itu berada pada anggota kelompok, pada hati si individu. Ya, firqah itu letaknya ada pada hati….
Pikiran pun sudah mulai tenang. Namun, tak lama berselang, ada ilmu yang saya terima yang menyatakan wajibnya hidup berjamaah dengan seseorang sebagai amir. Kembali hati ini menjadi bimbang.
Bagaimana dengan saya?, saya belum punya jama’ah?
Apakah saya akan mati dalam keadaan jahil jika kematian mendatangiku sedang beginilah keadaanku?
Jama’ah?
Apakah sekarang ada?
Bukankah seharusnya ada satu jama’ah?
Tapi kenapa ada banyak jama’ah?
Mana yang benar?
Masing-masing mengaku yang paling benar.
Masing-masing mengaku sebagai ahl sunah al jama’ah.
Tapi, mana yang asli?
Asli semua, atau palsu semua?
Lagi-lagi pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dalam benak saya. Dan ini lebih memberatkan saya dibanding yang pertama. Pencarian kebenaran terus saya lakukan, perbandingan ilmu terus saya lakukan, pengamatan terhadap pergerakan kelompok terus saya lakukan. Dan Alhamdulillah, pencarian ini membuahkan hasil. Dari sekian banyak kelompok, saya menyisakan beberapa sebagai tempat saya ‘tinggal’ nantinya. Namun, masih ada keraguan, dan berbagai pertimbangan yang menyebabkan saya menunda untuk bergabung.
Yang saya pahami adalah, bahwa seseorang dibenarkan untuk menyendiri selama belum ada jama’ah yang bisa ditetapi. Maka itulah keputusan saya, saya berniat menyendiri untuk urusan ini. Saya akan menyendiri sambil terus mencari-cari kelompok mana yang paling cocok untuk saya jadikan ‘tempat tinggal’. Yang saya maksud menyendiri adalah, saya menjauh dari keanggotaan atau kepengurusan suatu kelompok, apapun itu. Namun, saya tidak menolak untuk belajar kepada kelompok-kelompok ini. Jadi, belajar oke, namun untuk bergabung, mohon maaf.
Ya, saya akan terus menyendiri sambil mengamati beberapa kelompok yang saya sisakan tadi, hingga saya mantap, untuk saya pilih salah satu kemudian saya jadikan tempat untuk menetap. Setelah saya punya ‘rumah’, maka saya akan turut aktiv pada berbagai kelompok lain, insyaAllah.
Tulisan ini saya buat sebagai sebuah jawaban. Untuk sebuah pertanyaan. Saya adalah tempat kelalaian dan kesalahan, mohon maaf bila saya salah. Demikian, semoga anda bisa memahami.

  3 Responses to “Jawaban Sebuah Pertanyaan”

  1. pgn tw jama’ah? cari 354

  2. L*II?? hehehe.. udah kenal mas…. 😀

  3. Kq tw?

Sorry, the comment form is closed at this time.