MENGAPA HARUS DIMULAI DARI AQIDAH

 Islami  Comments Off on MENGAPA HARUS DIMULAI DARI AQIDAH
May 112011
 

Setiap bangunan memiliki pondasi, dan pondasi agama ini adalah aqidah tauhid yang murni. Bila aqidah sudah benar, maka yang lainnya hanya mengikuti saja. Sebaliknya, bila rusak, maka rusaklah seluruh amalan.

Pembicaraan tentang aqidah dan urgensinya adalah sesuatu yang lebih penting dari setiap yang terpenting. Hal ini karena beberapa sebab:

1. Karena Ia Adalah Tugas Pertama Setiap Nabi dan Rasul

Allah subhanahu wata،¦ala berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ،§Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Taghut.،¨ (QS.an-Nahl:36)

Ia juga adalah Dien yang Allah subhanahu wata،¦ala ridhai bagi para hamba-Nya sebagai mana firman-Nya, artinya,
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia.” (QS.al- An،¦am:153)

2. Karena Ia Merupakan Hak Allah subhanahu wata،¦ala Yang Diwajibkan-Nya Atas Para Hamba-Nya

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ،¥alaihi wasallam, “Hak Allah atas para hamba adalah bahwa hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu pun.” (HR.al-Bukhari)

3. Karena Ia Merupakan Jalan Keselamatan Dari Neraka

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ،¥alaihi wasallam, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan, ،§La ilaha illallah, yang ia hanya berharap keridhaan Allah.” (HR.Muslim)

4. Karena Ia Merupakan Hal Pertama Yang Wajib Didakwahkan

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ،¥alaihi wasallam, “Hendaklah hal pertama yang kamu dakwahkan kepada mereka, persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Hingga mereka menauhidkan Allah.” (HR. al-Bukhari).

Ia adalah Millah Nabi Ibrahim alaihissalam yang Allah subhanahu wata،¦ala sebutkan dalam firman-Nya, artinya,
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), ،§Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.،¨ Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang memper sekutukan Tuhan.،¨ (QS. an-Nahl:123)
Continue reading »

MAKNA dan PERAN AQIDAH dalam ISLAM

 Islami  Comments Off on MAKNA dan PERAN AQIDAH dalam ISLAM
May 112011
 

Definisi Aqidah

Aqidah secara etimologi dari asal kata ’aqada – ya’qidu yang bermakna mengikat sesuatu, jika seseorang mengatakan (aku ber’itiqad begini) artinya: saya mengikat hati dan dhamir terhadap hal tersebut. Dengan demikian kata aqidah secara terminologi bermakna : sesuatu yang diyakini sesorang, diimaninya dan dibenarkan dengan hatinya baik hak ataupun batil.

Sedangkan makna aqidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, para malaikat-Nya, kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya beriman kepada hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan kepda Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan sebelum itu, dan barangsiapa yang kufur kepada Allah, dan malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir benar-benar ia telah sesat dengan kesetan yang jauh.” (QS. an-Nisa’ : 136).

Adapun mengenai takdir, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ketentuan” (QS. al-Qamar: 49).“Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. al-Furqon: 2).

Apa yang disebutkan di atas dari pengertian aqidah secara syar’i merupakan pokok-pokok aqidah Islam yang dinamakan dengan Arkanul Iman (rukun-rukun iman) atau Al-Ushulusittah (dasar-dasar keimanan yang enam). Dari keenam pokok keimanan inilah akan bercabang semua masalah aqidah lainnya yang wajib diimani oleh setiap muslim baik berkaitan dengan hak-hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala, urusan akhirat maupun masalah-masalah ghaib lainnya.

Kedudukan dan Peran Aqidah dalam Islam

1. Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. an-Nahl: 36).

2. Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya, “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku”. (QS. adz-Dzariyat: 56). Dan bahwasanya amal ibadah seseorang tidak diterima kecuali jika bersumber dari aqidah yang benar.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir lalu mengerjakan amal kebajikan maka bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka.”(QS. al-Baqarah: 62). “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan (pada nabi) sebelum kamu jika kamu berbuat ke syirikan niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. az-Zumar: 65).

Dan Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Barangsiapa mengada-ada dalam urusan agama ini sesuatu yang baru yang bukan darinya, maka hal itu tertolak.”(HR. al-Bukhari).
Continue reading »

WALI ALLAH DAN WALI SYETAN

 Islami  Comments Off on WALI ALLAH DAN WALI SYETAN
May 112011
 

Pengertian Wali

Wali dalam konteks sebagai pelaku (fa’il) memiliki makna an-Nashir/ Penolong (fathul bayan fi maqasidil Qur’an, 2/101, Abu Thayib al-Bukhari). al-wali juga memiliki arti al-muhibb (yang mencintai), ash-shadiq (teman/rekan), serta an-nashiir (pembela/ pendukung) (Tartib qamus al-muhith IV/685, ath-Thahir Ali az-Zawi). Seseorang dikatakan sebagai wali terhadap yang lainnya dikarenakan kedekatannya, keta’atannya dan karena selalu mengikutinya.

Dengan demikian, wali Allah adalah orang yang selalu menurut dan mengikuti segala yang dicintai dan diridhai Allah, menjauhi dan membenci serta melarang dari apa yang telah dilarang oleh-Nya (al furqan baina auliya’ ar-Rahman wa auliya’ asy-syaithan 53-54, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah). Mereka mendapatkan petunjuk berupa dalil yang jelas dari Allah, tunduk kepada-Nya serta menegakkan yang haq yaitu beribadah, berda’wah dan menolong agama Allah.

Setiap hamba yang bertakwa kepada Allah, setia, menaati-Nya, melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi segala yang dilarang-Nya, maka dia adalah wali Allah. Mereka tidak merasakan takut di saat menusia merasa takut dan mereka tidak gentar di kala manusia merasa gentar nanti pada Hari Kiamat (al-qaul al jalil hal 36, Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Abdus Salam Khudlar)

Tanda-Tanda dan Sifat Wali Allah

1. Beriman dan Bertakwa

Allah Sunhanahu waTa’ala telah berfirman menjelas tentang wali-Nya, artinya, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa”(10 :62-63)

2. Mencintai Sesuatu yang Dicintai Allah dan Membenci Sesuatu yang Dibenci Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Ikatan iman yang paling kokoh adalah menyintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan lainnya)

3. Memihak Kepada Sesama Mukmin dan Memusuhi Orang Kafir.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia”. (QS. 60 :1)

4. Senantiasa Mengikuti Syari’at yang Dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Lahir dan Batin.

Katakanlah: ”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 3:31)

Continue reading »

May 112011
 

REPUBLIKA.CO.ID, “Saya menjadi Muslim sebab ada banyak alasan baik, namun yang terpenting, saya ingin dekat dengan Tuhan dan menerima pengampunan dan penyelamatan abadi,” tulis Ismail Abu Adam di akun YouTube miliknya. Padahal jauh sebelum menyatakan itu, Ismail yang awalnya penganut Kristen taat, ingin melakukan misi penginjilan ke komunitas Muslim yang selama ini ia pikir harus diselamatkan.

“Saya lahir besar sebagai Kristen. Tetapi dasar saya adalah Katholik Roma,” kata Ismail. “Saya selalu meyakini Yesus adalah Tuhan dan saya berikan hidup saya kepadanya,” tuturnya.

Ismail meyakini Yesus adalah penyelamat dan ia juga mempercayai peristiwa kematian, penyaliban hingga kebangkitan Yesus. “Juga konsep dosa asal, seratus persen semua itu saya yakini sebagai kata-kata tuhan,” ungkap Ismail.

Sebagai penganut taat, ia pergi ke gereja setiap minggu dan aktif dalam kegiatan peribadatan. Bahkan ia kerap mengkotbahi teman-temanya dan mengajak mereka yang beberbeda keyakinan untuk mempercayai agama yang ia anut.

Pada awal usia 20-an, Ismail mulai tertarik melebarkan kotbah ke umat Muslim. “Saya besar, tinggal di Amerika Utara. Di sana saya sangat jarang bertemu Muslim, yang ada hanyalah kaukasia dan kristen, jadi saya ingin menyakskan Kristen bisa disebarkan ke komunitas Muslim,” ujarnya.

Sebelum benar-benar turun ke lapangan dan bersentuhan langsung dengan Muslim, Ismail memutuskan mengawali dari dunia maya. Ia mencoba mencari celah bagaimana Kristen bisa disebarkan lewat media tersebut.

Ketika menelusuri internet itulah ia menemukan dan menyaksikan video yang ia anggap menarik; debat antara seorang Muslim dan penginjil. Muslim itu dari Afrika Selatan bernama Ahmad Deedat. Lewat debat, Ismael menyadari bila ia sangat paham injil. “Ia selalu menang dan mampu mematahkan serta membuat sanggahan jitu terhadap penginjil dari setiap aspek,” tutur Ismael.

“Ia mematahkan argumen bahwa dosa asal itu tidak ada, bahwa Kristen bukan kata-kata Tuhan, serta menunjukkan bahwa Kristen adalah doktrin yang salah karena dibuat oleh intepretasi selip, sudah mengalami fabrikasi, modifikasi ditambah dan juga dikurangi oleh penulisnya,” kata Ismail lagi.

Dedat, menurut Ismail, juga menyinggung doktrin trinitas, kebangkitan, penyaliban. “Terasa betul argumen lawan (penginjil-red) sangat lemah dan mudah dipatahkan. Harus saya akui, jujur saya tidak suka Ahmad Deedat saat itu,” ungkap Ismail.

Continue reading »

Kisah Mualaf : Hidayah Datang Saat Myrto Menghadiri Pemakaman Teman

 Dongeng, Islami  Comments Off on Kisah Mualaf : Hidayah Datang Saat Myrto Menghadiri Pemakaman Teman
May 112011
 

Hidayah Datang Saat Myrto Menghadiri Pemakaman Teman

REPUBLIKA.CO.ID, “Pertanyaan itu saling berbalapan dalam pikiranku. Apakah ini akan membuatku menjadi seorang Muslim? Apa arti berislam setelah semua? Begitu gampangkah menjadi seorang Muslim? Dan apa yang terjadi setelah itu? Bagaimana jika aku menyesal?” ujar Myrtho, menceritakan apa yang berkecamuk dalam benaknya beberapa menit menjelang bersyahadat.
Bagi Myrto — ia menolak menyebutkan nama belakangnya — menemukan agama bukan terjadi dalam semalam. “Aku butuh waktu hampir sembilan tahun untuk percaya bahwa sebenarnya ada Tuhan dan memilih Islam sebagai cara untuk menyembah Dia,” katanya.

Myrto memiliki kehidupan yang sangat keras. Ia mempunyai pengalaman traumatis pribadi yang membuatnya kerap frustrasi. Lari pada agama seperti yang disarankan banyak orang padanya? Nonsense. “Aku hampir sepenuhnya menolak kehadiran Tuhan atau apapun namanya dalam hidupku,” katanya.

Hingga suatu hari, ia menghadiri pemakaman temannya. Sang pendeta di akhir ceramahnya berkata, “Istirahatlah dengan tenang, dan abaikan semua dosa.”

“Meskipun aku benar-benar tidak puas oleh perilaku agamawan di Yunani dan masih terngiang-ngiang kata-kata pendeta di pemakaman, aku memutuskan untuk mulai membaca tentang agama,” katanya.

Ia mulai meneliti agama Kristen dan terutama Dogma Ortodoks, juga Yudaisme, dan Budha sebelum akhirnya Islam. “Aku mulai secara bertahap percaya pada Tuhan, imanku pada Tuhan menjadi kuat seiring waktu, walau aku belum memilih, akan memuja Tuhan dengan agama apa,” katanya.
Continue reading »