uummmmm, sedikit share lagi. ini tugas kuliah saya pada matakuliah islam dan budaya lokal beberapa tahun yang lalu.. π nemu di arsip, iseng-iseng saya share disini. ok, semoga manfaat…
========================================================
Yasinan merupakan salah satu contoh hasil dari pencampuran antara budaya lokal dengan nilai-nilai keislaman. Masyarakat jawa percaya bahwa dengan di adakannya ritual yasinan, para keluarga bisa mengirimkan pahala kepada kerabat yang sudah meninggal, sehingga memudahkan sang kerabat untuk masuk surga.
Penyelenggaraan yasinan di tentukan berdasarkan hitungan hari setelah meninggalnya seseorang, yaitu: tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, pendak 1, pendak 2, sampai seribu hari setelah seseorang meninggal.
Dalam yasinan biasanya dibacakan surat yasiin, An Naas, Al Falaq, Al Ikhlash, al baqarah 1-5, Ayat Kursy, serta tiga ayat terakhir dalam surat al baqarah. Kemudian di bacakan juga tahlil, istighfar, dan ditutup doa.
Yasinan biasa di adakan setelah waktu sholat isyaβ, yang dihadiri oleh para tetangga almarhum. Dalam acara ini para tetangga duduk berkeliling sambil membaca doa-doa islami yang telah disebutkan di atas. Pembacaan doa ini biasanya memakan waktu sekitar 30 menit.
Menurut sejarah, lahirnya tradisi Yaasin dan Tahlil berangkat dari akulturasi budaya Islam dengan Jawa yang bernuansa Hindu-Budha. Islam ketika masuk ke tanah Jawa, pada masa awal penyebarannya dilakukan melalui dakwah kultural. Hal ini dimotori oleh Sunan Kalijaga yang juga seorang budayawan.
Pada saat itu, kebiasaan lek-lekan (kumpul malam hari) sepeninggalnya seseorang dulunya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang kurang Islami, antara lain: main kartu, minum-minuman, pemberian sesajen, dan sebagainya. Kemudian sedikit demi sedikit tradisi lek-lekan itu dikawinkan dengan nilai-nilai Islam melalui ritual Yaasin dan Tahlil. Akhirnya, mitong dino, matang puluh dino, mendhak sepisan dan seterusnya sampai saat ini dapat kita saksikan dalam ritual Yaasin dan Tahlil. Dan dakwah semacam itu cukup efektif yang menjadikan Islam berkembang pesat di tanah jawa secara kwantitatif.
Jadi pada kasus ini, pencampuran yang terjadi adalah pemakaian doa-doa yang islami untuk mengisi suatu acara tradisi yang sudah dikenal oleh rakyat jawa semenjak islam belum datang.
3 Responses to “Integrasi Islam dan budaya lokal : Yasinan”
Sorry, the comment form is closed at this time.
lha klo sekarng kreasi apa yang bisa kita jadikan sarana agar umat tetap senang dan nyaman didalam islam…..tulis dong…
saiki nulis2 dibatesi mas… di pesen ora pareng sembrono.. π
Sebenarnya tujuan para wali/ulama mengganti bacaan mantra2 yg dilakukan ketika 7 hari 100 hari,dll.. yaitu untuk menghilangkan kebiasaan dan trdasisi masyarakat waktu itu, dgn cara mengganti bacaan mantra2 itu dgn kalimat tahlil, tayyibah,dll,, dgn harapan akan hilanglah trsdisi itu, akan tetapi ulama/wali yg memiliki niatan baik itu keburu wafat dan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya yg tdk mengetahui tujuan para wali sebelumnya utk menhilangkan tradisi itu,,dan akhirnya cetar membahana sampai sekarang dan sudah mendarah daging dikalangan masyarakat…